Kajian Islam dan Sains Modern

Jumat, 07 Desember 2012

Kepemimpinan Transformasional dan transaksional


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pemimpin merupakan salah satu elemen terpenting yang tak akan pernah hilang dari kehidupan sosial manusia. Pemimpin muncul dikarenakan adanya berbagai perbedaan manusia yang bersifat heterogen, yang kemudian butuh disatukan atau diselaraskan dan diarahkan agar perbedaan- perbedaan itu tidak menimbulkan konflik. Seorang pemimpin ada, difungsikan untuk memimpin dan menyelesaikan konflik tersebut. Dalam bidang pendidikan, seiring dengan upaya pembaruan yang dilakukan, bentuk kepemimpinan dipandang penting untuk diformulasikan. Kepemimpinan adalah seni untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari kepengikutan (followership), karena kepemimpinan menjadi tidak berarti jika tanpa adanya peran serta pengikut.[1] Tingginya rasa kepengikutan akan terpengaruh pada sejauh mana pemimpin pendidikan sebagai seorang pemimpin, dan melibatkan semua personel pendidikan dalam menjalankan program maupun keterlibatan dalam menyusun program akan berpengaruh terhadap keikutsertaan personel pendidikan pada setiap program. Namun perlu dipahami bahwasanya walaupun semua pemimpin memilki tujuan dasar yang sama, mereka tetaplah individu yang berbeda. Maka tidak aneh jika setiap pemimpin memiliki cara yang berbeda. Inilah yang sering kita kenal dengan kepemimpinan.
Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat disimpulkan setiap pemimpin memiliki gaya atau jenis kepemimpinan yang berbeda. Jika ada seribu pemimpin maka akan ada pula seribu gaya kepemimpinan yang juga ikut terbentuk. Diantara jenis kepemimpinan itu adalah kepemimpinan transaksional dan transformasional.
Dalam kesempatan ini Pemakalah akan menjelaskan tentang kepemimpinan transformasional dan transaksional yang mencakup tentang pengertian, model, hubungan serta perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional.



B.       Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka muncul permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa pengertian kepemimpinan transformasional dan transaksional?
2.      Bagaimanakah model kepemimpinan transformasional dan transaksional?
3.      Adakah hubungan, perbedaan serta ciri- ciri antara kepemimpinan transformasional dan transaksional?

C.       Tujuan Penulisan makalah
Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.      Mampu menjelaskan pengertian kepemimpinan transformasional dan transaksional.
2.      Mampu menjelaskan model kepemimpinan transformasional dan transaksional.
3.      Mampu menjelaskan hubungan, perbedaan serta ciri- ciri antara kepemimpinan transformasional dan transaksional.




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
1.      Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional pertama kali digagas oleh Burns tahun 1978. Istilah transformasional berinduk dari kata to transform yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.[2] Sebagai contoh adalah mentransformasikan visi menjadi realita, panas menjadi energi, laten menjadi manifest dimana terjadi perubahan bentuk atau action dari sebelumnya.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemmpin dalam bekerja dengan melalui orang lain untuk menstransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.[3] Sumber daya ini melingkupi SDM, fasilitas,dana, dan factor- factor eksternal  keorganisasian. Kepemmpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin kearah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangan visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi yang menjadi keharusan dalam skema restrukturasi sebuah lembaga.
 Menurut Bass sebagaimana yang dikutip oleh Sudarwan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan atau mendorong semua unsure yang ada di lingkup sekolah untuk bkerja atas dasar system nilai yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah (guru, staf, pengajar, orang tua dan masyarakat) bersedia tanpa paksaan berpartisipasi secara optimal dalam rangka mencapai tujuan sekolah.[4]
Menurut Salder sebagaimana yang dikutip oleh Wuradji menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah suatu proses kepemimpinan dimana pemimpin mengembangkan komitmen pengikutnya dengan berbagi nilai- nilai dan berbagi visi organisasi.[5] Transformasional merupakan perubahan yang besar dan menyeluruh, bukan sekedar perubahan secara alami (change), akan tetapi seorang pemimpin harus memiliki ambisi besar untuk melakukan perubahan- perubahan yang diperlukan dalam sebuah organisasi, agar diperoleh tingkat produktivitas organisasi yang lebih tinggi. Dengan demikian pemimpin transformasioal harus visioner dan futuristik yaitu pemimpin yang memiliki pandangan jauh ke depan.
Kepemimpinan transformasional adalah suatu proses, yaitu pemimpin dan pengikutnya saling merangsang diri satu sama lain untuk penciptaan level yang tinggi dari moralitas dan motivasi yang dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi mereka. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa kesadaran para pengikut (followers) dengan memunculkan ide- ide produktif, hubungan yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional, cita- cita bersama dan nilai- nilai moral (moral values).[6] Kepemimpinan ini merupakan jenis kepemimpinan yang menekankan pentingnya sistem nilai untuk meningkatkan kesadaran pengikut serta mampu mengerakkan pengikut untuk terlibat aktif dalam proses perubahan.[7] Oleh karena itu, pemimpin transformasional biasanya memiliki kepribadian yang kuat sehingga mampu membangun ikatan emosional pengikut untuk mewujudkan tujuan ideal institusi.

2.      Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional pertama kali digagas oleh Downton tahun 1973. Menurut Bass sebagaimana yang dikutip oleh Danim, kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo.[8] Kepemimpinan transaksional menggunakan pendekatan transaksi untuk disepakati bersama antar pemimpin dengan karyawan.[9] Di sini pemimpin mengambil inisiatif untuk menawarkan beberapa bentuk pemuasan kebutuhan karyawan seperti upah, promosi, pengakuan, dan perbaikan kondisi kerja. Jika karyawan menerima tawaran tersebut, mereka harus bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Pemimpin menindaklanjuti dengan merumuskan dan mendeskripsikan tugas- tugas dengan jelas dan operasional, menjelaskan target yang harus dicapai, menawarkan berbagai bentuk imbalan yang dapat memotivasi karyawan untuk bekerja keras.
kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja dan penghargaan.[10]
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transaksional dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan atau akibat terhadap setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi.

B.       Model kepemimpinan transformasional dan transaksional
1.      Model kepemimpinan transformasional

Keterangan :
Didasarkan pada kebutuhan akan penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran pada pemimpin untuk berbuat yang terbaik sesuai dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia, kinerja, dan pertumbuhan sebagai sisi yang saling berpengaruh. Pada kepemimpinan ini, para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.

2.      Model kepemimpinan Transaksional

Keterangan :
Bawahan berupaya menghindari pekerjaan apabila ada kesempatan sehingga apabila dibiarkan mereka akan merasa senang dengan tanpa pekerjaan/tanggungjawab. Pemimpin harus mengontrol, mengarahkan, dan jika perlu memberikan ancaman agar bawahan produktif. Bawahan cenderung lebih senang diarahkan menjadi pekerja yang ditentukan prosedurnya dan pemecahan masalahnya dari pada harus memikul sendiri tanggungjawab atas segala tindakan dan keputusan yang diambil. Bawahan tidak cocok diserahi tanggungjawab merancang pekerjaan secara inisiatif.[11]

C.     Hubungan, perbedaan serta ciri-ciri kepemimpinan transformasional dan transaksional
1.      Ciri- ciri kepemimpinan transformasional[12]
a.       Memiliki keberanian untuk melakukan perubahan menuju tingkat produktivitas yang lebih tinggi.
b.      Mampu membangkitkan semangat dan motivasi pengikutnya untuk bekerja keras.
c.       Mampu mengembangkan semangat kebersamaan, disiplin dan motivasi untuk maju.
d.      Mampu membangun kesadaran berorganisasi pada para pengikutnya, dengan jalan mengembangkan rasa memiliki organisasi (sense of belonging), dan rasa bertanggung jawab (sense of responsibility) serta membangun kemauan untuk meraih prestasi yang setinggi- tingginya.
e.       Mampu memberikan perlindungan (mengayomi) dan menciptakan rasa aman dikalangan pengikutnya.
f.       Menggunakan kemampuan intelektualnya secara cerdas dalam proses pengambilan keputusan.
g.      Mampu menampung dan menangkap semua aspirasi dan kepentingan pengikutnya.
h.      Memperjuangkan kebutuhan pengikutnya.
i.        Memberikan pengarahan yang selalu diterima dan dipatuhi dengan ikhlas, sehingga pengikutnya memiliki rasa wajib untuk mentaati semua perintah dan arahannya.
j.        Berusaha membawa pengikutnya ke arah suatu idealisme, tidak hanya sekedar asal jalan, dan dapat meyakinkan pengikutnya bahwa apa yang dicita- citakannya (idealisme) tersebut pasti akan tercapai.
k.      Pemimpin menempatkan diri sebagai agen perubahan (change agents).

Sedangkan menurut Luthans sebagaimana yang dikutip oleh Danim ada ciri- ciri  kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut[13] :
a.       Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan
b.      Memiliki sifat pemberani
c.       Mempercayai orang lain
d.      Bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan individu)
e.       Meningkatkan kemampuannya secara terus- menerus
f.       Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas dan tidak menentu
g.      Memiliki visi ke depan

Sedangkan menurut Yukl sebagaimana yang dikutip oleh Mulyono, ciri- cirinya sebagai berikut[14] :
a.    Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
b.    Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan tim atau   organisasi, mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat Penulis simpulkan bahwa kepemimpinan transformasional akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara atasan dan bawahan. Dengan konsep kepemimpinan transformasional, bawahan akan merasa percaya, kagum, bangga, loyal, dan hormat kepada atasannya serta termotivasi untuk mengerjakan pekerjaan dengan hasil yang melebihi target yang telah ditentukan bersama. Tipe kepemimpinan ini mendorong para pengikutnya (individu-individu dalam satu organisasi) untuk menghabiskan upaya ekstra dalam mencapai apa yang dianggap mungkin untuk bisa dicapai.

2.      Ciri- ciri kepemimpinan transaksional[15]
a.       Kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan
b.      Lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek- aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik
c.       Tidak mengembangkan pola hubungan laisser fair (membiarkan personal menentukan sendiri pekerjaannya karena dikhawatirkan dengan keadaan personel yang perlu pembinaan, pola ini dapat menyebabkan mereka menjadi pemalas dan tidak jelas apa yang dikerjakannya
d.      Dalam kontrak kerja disepakati bersama reward dan punishment
Dari pernyataan di atas dapat Penulis simpulkan bahwa segala aktifitas pekerjaan yang dilakukan bawahan harus memiliki harga atau mendapatkan imbalan. Namun hal tersebut justru menjadi kelemahan tipe kepemimpinan transaksional karena komitmen bawahan terhadap organisasi biasanya berjangka pendek. Aktivitas pekerjaan bawahan hanya terfokus pada negosiasi upah serta mengabaikan pemecahan masalah atau visi bersama. Komitmen bawahan terhadap organisasi akan tergantung pada sejauh mana kemampuan organisasi dalam memenuhi keinginan bawahan.

3.      Perbedaan kepemimpinan transformasional dengan transaksional
Menurut Bass dan Avilio sebagaimana yang dikutip oleh Danim, berikut adalah perbedaannya :
1.      Kepemimpinan transformasional
a.       Atribut- atribut pengaruh ideal
Merupakan proses pemimpin yang mempengaruhi bawahan dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat, Kharisma atau pengaruh yang ideal  berkaitan dengan reaksi bawahan terhadap pemimpin. Pemimpin di identifikasikan dengan dijadikan sebagai panutan oleh bawahan, dipercaya, dihormati dan mempunyai misi dan visi yang jelas menurut persepsi bawahan dapat diwujudkan. Pemimpin mendapatkan standard yang tinggi dan sasaran yang menantang bagi bawahan.
kharisma dan pengaruh yang ideal dari pemimpin menunjukkan adanya pendirian, menekankan kebanggan dan kepercayaan, menempatkan isu-isu yang sulit, menunjukkan nilai yang paling penting dalam visi dan misi yang kuat, menekankan pentingnya tujuan, komitmen dan konsekuen etika dari keputusan serta memiliki sence of mission. Dengan demikian pemimpin akan diteladani, membangkitkan kebanggaan, loyalitas, hormat, antusiasme, dan kepercayaan bawahan.  Selain itu pemimpin akan membuat bawahan mempunyai kepercayaan diri.
b.      Stimulasi Intelektual
Mengenalkan cara pemecahan masalah secara cerdik dan cermat, rasional dan hati-hati sehingga anggota mampu berpikir tentang masalah dengan cara baru dan menghasilkan pemecahan yang kreatif. Rangsangan intelektual berarti menghargai kecerdasan, mengembangkan rasionalitas dan pengambilan keputusan secara hati-hati.  Pemimpin mendorong bawahan untuk lebih kreatif, menghilangkan keengganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang lebih, menggunakan intelegasi dan alasan-alasan yang rasional dari pada hanya didasarkan pada opini-opini atau perkiraan-perkiraan semata.
c.       Motivasi inspirasional
Pemimpin yang inspirasional adalah seorang pemimpin yang bertindak dengan cara memotivasi dan menginspirasi bawahan yang berarti mampu mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi dari bawahannya.
Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi bagi para bawahan, optimis dan antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa yang perlu dilakukan.
d.      Perhatian Individual (Individualized consideration)
Perhatian secara individual merupakan cara yang digunakan oleh pemimpin untuk memperoleh kekuasaan dengan bertindak sebagai pembimbing, memberi perhatian secara individual dan dukungan secara pribadi kepada bawahannya. Pemimpin mampu memperlakukan orang lain sebagai individu, mempertimbangkan kebutuhan individual dan aspirasi-aspirasi, mendengarkan, mendidik dan melatih bawahan. Sehingga pemimpin seperti ini memberikan perhatian personal terhadap bawahannya.[16]
2.      Kepemimpinan transaksional
a.       Kontingensi ganjaran (contigence rewards)
Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang menjelaskan harapan bawahan dan imbalan yang didapat apabila bawahan mencapai tingkat kinerja yang diharapkan. Imbalan kontingen yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku pemimpin yang memberitahukan kepada anggota organisasi mengenai kegiatan yang harus dilakukan jika ingin memperoleh imbalan tertentu, selalu berbicara mengenai rekomendasi dan promosi untuk setiap pekerjaan yang dilakukan bawahan dengan baik, menjamin bahwa bawahan akan mendapatkan keinginannya sebagai pengganti usaha-usaha yang telah dilakukan.
b.      Manajemen dengan pengecualian aktif (active management by axception)
Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang memantau pelaksanaan tugas dan masalah yang mungkin muncul serta melakukan tindakan perbaikan untuk memelihara kinerja yang telah ada. Dalam hal ini, pemimpin menunjukkan adanya aturan dan pengendalian agar bawahan terhindar dari kesalahan dan kegagalan dalam melaksanakan tugas. Pemimpin juga selalu memantau gejala penyimpangan, kesalahan anggota serta melakukan tindakan perbaikan atau menunjukkan sikap korektif yang bersifat aktif pada permasalahan dan kinerja anggota.
c.       Manajemen dengan pengecualian pasif (pasive management by axception)
Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang tidak mengupayakan adanya kepemimpinan (no leadership), bereaksi hanya setelah terjadi kesalahan dan menghindari mengambil keputusan. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin memberikan kebebasan penuh pada bawahan untuk bertindak, menyediakan materi serta tidak mau berpartisipasi kecuali menjawab pertanyaan dan tidak membuat evaluasi atau penilaian. Pemimpin cenderung membiarkan bawahan melakukan pekerjaan dengan cara yang sama setiap waktu.[17]

Dari perbedaan kepemimpinan di atas, Penulis menyimpulkan bahwasanya ada beberapa perbedaan yang esensial antara kedua jenis kepemimpinan tersebut, perbedaan itu bukan atas dasar tujuan yang dikehendaki, melainkan pada perilaku dimana yang satu mengedepankan ke arah transformasi sementara yang lain lebih mengarah pada transaksi. Kepemimpinan transformasional berupaya untuk menggiring SDM ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangan visi bersama sedangkan kepemimpinan transaksional menuntut bawahannya untuk mengikuti arahan yang diberikan pemimpin.

4.      Hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan transaksional
Apabila kepemimpinan transformasional dan transaksional dikombinasikan akan melahirkan full range leadership model  dimana kedua kepemimpinan tersebut saling mengisi (mutually inclusive) sehingga lebih kontinum atau bersifat kontingensi ketimbang dikotomis.[18] Sedang menurut penulis sendiri hubungan kepemimpinan transformasional dengan transaksional tersebut sangat signifikan dalam mencapai tujuan dimana transformasional memberikan peran dalam mencapai tujuan dengan berpandangan yang visioner dan adanya tingkat semangat yang tinggi dan didukung dengan adanya reward yang diterapkan oleh kepemimpinan transaksional sehingga tujuan yang di idealkan akan cepat terealisasi dengan mudah.








BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemmpin dalam bekerja dengan melalui orang lain untuk menstransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.
kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja dan penghargaan.
hubungan kepemimpinan transformasional dengan transaksional tersebut sangat signifikan dalam mencapai tujuan dimana transformasional memberikan peran dalam mencapai tujuan dengan berpandangan yang visioner dan adanya tingkat semangat yang tinggi dan didukung dengan adanya reward yang diterapkan oleh kepemimpinan transaksional sehingga tujuan yang di idealkan akan cepat terealisasi dengan mudah.

B.       Saran
1.      Seorang pemimpin mampu menerapkan kepemimpinan transformasional dan didukung pula dengan transaksional sehingga tujuan mampu terealisasi dengan baik.
2.      Menghindari kepemimpinan transaksional semata sebab tujuan terkadang tidak diwujudkan.










[1] Rohmad,  Kepemimpinan Pendidikan (Strategi Menuju Sekolah Efektif), (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2010),  hal 59
[2] Sudarman Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran),  (Jakarta: PT Bumi Akasara, 2005) hal 54
[3] Ibid, hal 54
[4] Sudarwan Danim, Manajamen dan Kepemipinan Transformasional Kekepalasekolahan,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal 53
[5] Wuradji, The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional), (Yogyakarta: Gama Media, 2009), hal 48
[6] Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran), ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), hal 58
[7] Mulyono, Educational Leadership (Mewujudkan Efektifitas Kepemimpinan Pendidikan), (Malang: UIN-Malang Press, 2009) , hal 135
[8] Sudarwan Danim, Manajamen dan Kepemipinan Transformasional Kekepalasekolahan,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal 53
[9] Wuradji, The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional), (Yogyakarta: Gama Media, 2009), hal 30
[11] Nur Munajat, hand out 11 Leadership , (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal 1-2
[12] Wuradji, The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional), (Yogyakarta: Gama Media, 2009), hal 52- 53
[13] Sudarwan Danim,dkk, Manajamen dan Kepemipinan Transformasional Kekepalasekolahan,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal 53- 54
[14] Mulyono, Educational Leadership (Mewujudkan Efektifitas Kepemimpinan Pendidikan), (Malang: UIN-Malang Press, 2009) , hal 135- 136
[15] Nur Munajat, hand out 11 Leadership , (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal 1
[16] Sudarwan Danim,dkk, Manajamen dan Kepemipinan Transformasional Kekepalasekolahan,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal 54
[17] Ibid., hal 54- 55
[18] Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan Transformasional Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran), ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), hal 59

1 komentar:

  1. Is it possible to earn a living from playing games?
    Play online deccasino casino games online. How do you win at winning at playing the septcasino game of chance? You may want worrione to visit a casino that offers hundreds of games that

    BalasHapus