BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Muhammad Iqbal adalah filosof pendidikan
islam pada abad 20. Dimana melalui karyanya beliau banyak sekali menyumbang
untuk memperbaiki pendidikan Islam. Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan
filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam
mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang
fatalistik. Menurutnya kemunduran Islam akibat kebekuan para pemikir pendidikan
Islam. Sehingga perlu ada perbaikan dalam dunia pendidikan
Pendidikan Islam mengalami kemunduran
dan belum bisa menyaingi pendidikan barat yang sudah maju semenjak bangsa barat
menguasai dunia. Padahal meihat sejarah, Islam lebih dahulu maju daripada
bangsa barat. Sehingga untuk lebih maju, perlu melihat kembai kekurangan –
kekurangan pendidikan islam agar bisa berkembang menjadi lebih baik.
2. Rumusan Masalah
A. Siapakah
Muhammad Iqbal itu?
B. Bagaimana
pemikiran Muhammad Iqbal dalam dunia pendidikan islam?
C. Apa
saja Karya – karya Muhamad Iqbal?
3. Tujuan Masalah
A. Untuk
mengetahui biografi Muhammad Iqbal
B. Untuk
mengetahui pemikiran Muhammad Iqbal tentang Pendidikan Islam
C. Untuk
mengetahui karya-karya Muhammad Iqbal
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada
tanggal 9 november 1977 yang bertepatan dengan tanggal 3 dzulqodah tahun
hijriyah 1294.[1]
Iqbal adalah keturunan Kasta Brahmana
dari Kasymir. Kakeknya bernama Syeikh Muhammad Rofiq. Ayahnya, bernama Nur
Muhammad adalah seorang tokoh sufi, dan ibunya bernama Imam Bibi, dikenal juga
dikenal sebagai muslimah yang sholeh. Keshalihah bapak iqbal mempunyai pengaruh
yang mendalam pada Muhammad Iqbal.[2]
Pendidikan Iqbal dimulai dilingkungan
keluarganya. Ia didik agama secara ketat oleh ayahnya. Selanjutnya, ia
dimasukkan kesekolah Maktab (surau) untuk belajar al-Qur’an. Pendidikan formal Iqbal
dimulai di Scottish Mission School di Sialkot. Kemudian melanjutkan sekolah ke
Lahore. Disini Iqbal belajar Governement College yang diasuh oleh Thomas Arnold
yaitu seorang orientalis yang ternama dan mahir dibidang filsafat. Pada tahun
1897, ia memperoleh gelar B.A (Bachelor of Arts). Ia mendapat medali
emas sebagai penghargaan karena prestasinya dalam ujian bahasa arab. Kemudian pada
tahun 1899 Iqbal memperoleh gelar M.A (Master of Arts) ia mendapat
medali emas pula dalam ujian magister ini. Kedekatan antara gutu dan murid
antara Iqbal dan Thomas Arnold sangat erat. Ketika Thomas Arnold kembali ke
Inggris, Iqbal merasa sedih dan kehilangan, sehingga muncullah bait-baitnya
yang bertemakan “Rintihan Perpisahan.” Ketika Iqbal memeperoleh gelar Doctor
karya disertasinya dipersembahkan kepada gurunya “Thomas Arnold”.
Pada tahun 1905, Iqbal melanjutkan studi
di London di Universitas Cambrigde dan bidang yang ditekuninya adalah filsafat
moral. Ia mendapat bimbingan dari James Wird dan seorang oe-Hegelian, James
Tagart.[3] Juga
sering diskusi dengan pemikir lain serta mengunjungi perpustakaan Cambridge London
dan Berlin. Untuk keperluan penelitiannya, ia pergi ke Jerman mengikuti kuliah
selama dua semester di Universitas Munich yang kemudian mengantarkannya meraih
gelar Doctoris Philishophy grandum, gelar doctor dalam bidang filsafat pada
November 1907, dengan desertasi The Development of Metaphisics in Persia,
dibawah bimbingan Hommel. Selanjutnya, balik kelondon untuk meneruskan studi
hukum dan sempat masuk school of political science.
Yang penting dicatat dalam kaitannya
dengan gagasan estetika Iqbal adalah tren pemikiran yang berkembang di Eropa
saat itu. Menurut MM Syarif, masyarakat jerman, saat Iqbal tinggal disana,
sedang berada dalam cengkraman filsafat Nietzsche (1844-1990), yakni filsafat
kehendak pada kekuasaan. Gagasannya tentang manusia super (super-man) mendapat
perhatian besar dari pemikir Jerman, seperti Stefen George, Richard Wagner dan
Oswald Spengler. Hal yang sama terjadi juga di Perancis, berada di bawah
pengaruh filsafat Henri Bergson (1859-1941), elan vital, gerak dan perubahan.
Sementara itu di Inggris Lloyd Morgan dan McDougall, menganggap tenaga
kepahlawanan sebagai esensi kehidupan dan dorongan perasaan keakuan sebagai
inti kepribadian manusia. Filsafat vitalis yang muncul secara simultan di Eropa
tersebut memberikan pengaruh yang besar pada Iqbal.
Selanjutnya, saat di London yang kedua
Kalinya, Iqbal sempat ditunjuk sebagai guru besar bahasa dan sastra Arab di
Universitas london, menggantikan Thomas Arnold. Juga diserahi jabatan ketua
jurusan filsafat dan kesusastraan Inggris di samping mengisi ceramah-ceramah
kislaman. Namun itu tidak lama, karena Iqbal lebih memilih pulang ke Lahore,
dan membuka praktek pengacara di samping sebagai guru besar di Goverment Colleg
Lahore. Akan tetapi, panggilan jiwa seninya yang kuat membuat ia keluar dari
profesi tersebut. Ia juga menolak ketika ditawari sebagai guru besar sejarah di
universitas Aligarh 1909. Iqbal memilih sebagai penyair yang kemudian
mengantarkannya ke puncak popularitas sebagai seorang pemikir yang mendambakan
kebangkitan dunia Islam, yang kemudian juga menyampaikannya untuk mendapat
gelar sir dari pemerintah, sekitar tahun, 1922.[4]
B. Pemikiran Muhammad Iqbal Tentang Pendidikan Islam
A. Kurikulum
Kurikulum
adalah kegiatan yang mencakup berbagai macam rencana kegiatan anak didik yang
terperinci yang berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi
belajar mengajar dan hal-hal yang mencakup kegiatan yang bertujuan mencapai
tujuan yang diinginkan.[5]
Adapun
isi kurikulum pendidikan menurut Muhammad Iqbal adalah: Isi kurikulum
pendidikan harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa agama
adalah suatu kekuatan dari kepentingan besar dalam kehidupan individu juga
masyarakat.[6]
Apabila pengetahuan dalam arti ini tidak ditempatkan dibawah agama, ia akan
menjelma menjadi kekuatan syetan. Pengertian dalam arti ini dipandang berfungsi
sebagai langkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya. Oleh
karenanya kitab merupakan sarana dalam penyampaian ilmu pengetahuan. [7]
Jadi menurut
Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara
selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modern untuk memikul tanggung
jawab yang besar yang dimana ilmu pegetahuan juga pasti terlibat. Adanya
pengkategorian ilmu pengetahuan dan agama menurut Iqbal adalah suatu tindakan
yang kurang bijaksana.
B. Tujuan
Pendidikan Islam
Pendidikan
merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok
masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan
Insan Kamil.
Adapun rincian dari tujuan penudidikan itu, di antaranya:
1. Pendidikan tidak semata-mata untuk
mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.
2. Tujuan akhir dari pendidikan
hendaknya dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi,
sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa
mereka.[8]
3. keseluruhan potensi manusia yang
mencangkup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju. Dalam kaitanya dengan ini
Muhammad Iqbal menjelaskan beberapa pemikiranya tentang kehendak kreatif. Hidup
adalah kehendak kreatif yang oleh Muhammad Iqbal disebut dengan Soz.[9]
Yaitu diri yang selalu bergerak kesatu arah. Aktivitas kreatif, perjuangan
tanpa henti dan partisipasi aktif dalam permaslahan dunia harus menjadi tujuan
hidup. Berkat kreativitas itulah manusia telah berhasil mengubah dan menggubah
yang belum tergarap dan belum terselesaikan dan mengisinya dengan aturan dan
keindahan.[10]
4. Tujuan pendidikan harus mampu
memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.
C.
Metode Pembelajaran
Metode pendidikan merupakan bagian dari alat-alat pendidikan
dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan[11].
Metode
pendidikan didasarkan pada tingkat usia anak didik berdasarkan pertimbangan
periode perkembangan anak didik. Adapun metode pendidikan yang sesuai menurut Muhammad Iqbal
adalah :
1. Self
activity: metode
yang terbuka bebas bagi keaktifan sendiri. Metode ini di gunakan untuk mencari
potensi diri atau mengembangkan potensi diri peserta didik dengan kebebasan
mengembangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki.
2. Learning
by doing. Jenis
pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada situasi baru
yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesdaran akan tujuan yang di
galinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka. Metode eksperimen
sangat di butuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan pengetahuan
tidak hanya sekeder bersifat teoritis saja akan tetapi perlu pembuktian dan
aktualisasi.
3. Tanya jawab: Menurut Muhamamad Iqbal
pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus bertanya
dan tidak begitu saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan belaka.
4. Metode
proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari
sesuatu dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa
pemecahan masalah masalah, kemudian di bahas dari yang berhubungan sehingga pemecahannya secara
keseluruhan harus ditinjau dari berbagai macam segi agar tuntas dalam
melibatkan mata pelajaran yang ada kaitannya sebagai sumber dari pemecahan
masalah tersebut. Metode pengajaran seperti metode proyek, sepanjang bertopang
pada kegiatan yang tertuju kepada sasaran, lebih besar kemungkannaya untuk
mengembangkan sikap intelektual yang tepat daripada metode tradisional yang
lebih mengutakan ingatan serta cara belajar yang pasif.
5. Metode
pemecahan masalah atau problem solving . Bukan hanya sekedar metode
berfikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya
yang di mulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
D.
Peserta didik
Peserta didik adalah anak yang
sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan
pendidikannya melalui proses pendidikann.[12]
Mereka
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal
kemampuan fitrahnya. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada
peranan peserta didik adalah berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia
merupakan ego yang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri dengan
segala konsekuensinya. Dengan kebebasannya itu, peserta didik memungkinkan
untuk diarahkan agar memiliki kreativitas berfikir tinggi sehingga dapat
memunculkan inovasi-inovasi baru yang dapat dipergunakan untuk menjawab
berbagai tantangan dimasa sekarang dan akan datang yangmerupakan dampak negatif
dari globalisasi dan industrialisasi. Muhammad Iqbal sepenuhnya meyakini
besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadap pendidikan serta terhadap
hak pengembangan idividu.[13]
Muhammad Iqbal mengharap agar sekolah dapat membina dan mengembangkan
pribadipribadi yang bebas, berani dan kreatif.
E.
Pendidik
Pendidik
adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi bimbingan atau bantuan
kepoada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT.[14]
Muhammad Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak
mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan
dinamis.
Sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif.
Sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif.
Muhammad
Iqbal kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang mengurung
siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Hal ini dikarenakan bahwa anak
perlu berhubungan dengan alam dalam setiap proses belajarnya, yaitu untuk
menumbuhkan kreativitasnya.[15]
3. Karya-Karya Muhammad Iqbal
Iqbal
terus berkarya dan membangkitkan semangat jiwa bangsanya. Tahun 1935 ia
diangkat sebagai ketua Liga Muslim cabang Punjab dan terus berkomunikasi dengan
Ali Jinnah. Namun, pada tahun yang sama, ia mulai terserang penyakit dan
semakin parah sampai mengantarkannya pada kematian, tanggal 20 April 1938.[16]
Iqbal
mewariskan banyak karya tuis, berbentuk prosa, puisi, jawaban atas tanggapan
orang atau kata pengantar bagi karya orang lain. Karya-karyanya, antara lain:
a.
The Development of Metaphysic in Persia (desertasi, terbit di London, 1908)
b.
Asra-I Khudi (Lahore, 1916, tentang proses mencapai insan kamil)
c.
Rumuz-I Bukhudi (Lahore, 1918)
d.
Javid Nama (Lahore, 1932)
e.
The Reconstruction or Religious Thought in Islam (London, 1934)
f.
Musafir (Lahore,
1936)
g.
Zarb-I Kalim (Lahore, 1937)
h.
Bal-I Jibril (Lahore, 1938)
i.
Letters and Writings of Iqbal (Karachi, 1967, kumpulan surat dan
artikel Iqbal.)
.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pendidikan senantiasa selalu
berkembang dan berpengaruh dalam kehidupan social masyarakat. Dari hal itu maka
tidak dapat dipungkiri bila dalam pendidikan selalu muncul sebuah problematika
yang sangat actual berkembang didalamnya. Dalam hal ini Muhammad Iqbal
memberikan konsep tujuan pendidikan, peranan pendidik, peserta didik,
kurikulum, metode dan lingkungan yang dibangun oleh Muhammad Iqbal sangat
sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidikkan pada zaman sekarang secara ideal.
Dan berbagai Karya-karya Beliau
seperti; The
Development of Metaphysic in Persia, The Reconstruction or Religious Thought in
Islam, Letters and Writings of Iqbal dll. Semoga dapat memberikan ilmu pengetahuan yang dapat
diterapkan dalam zaman sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1997),
Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal,
(Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1996)
A. Khudari Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012
Aziz. Abdul, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta
: Teras, 2009)
Miss
Luce dan Claude Maitre, Introduction ala pense d`iqbal. (Pengantar ke
Pemikiran Iqbal) diterjemahkan oleh Djohan Effendi. (Jakarta : Pustaka
Kencana,1981)
Muhammad
Iqbal. The Achievement of love (Metode Sufi Meraih Cinta Illahi), /diterjemahkan
oleh Tim Inisiasi Press. (Jakarta : Innisiasi Press, 2002)
K.G.
Saiyidain, Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah : M.I. Soelaeman,
(Bandung: CV. Diponegoro, 1981),
Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung:
Teraju),
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan (Bandung
: CV Pustaka Setia, 2011)
[1] Sudarsono, Filsafat Islam,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal.105
[2] Danusiri, Epistemologi Dalam
Tasawuf Iqbal, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 4
[4]
A. Khudari Soleh, Wacana
Baru Filsafat Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 300-302
[5] Aziz. Abdul, Filsafat
Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Teras, 2009). Hlm, 163-164
[6] Miss Luce dan Claude Maitre, Introduction
ala pense d`iqbal. (Pengantar ke Pemikiran Iqbal) diterjemahkan oleh
Djohan Effendi. (Jakarta : Pustaka Kencana,1981), hal.18
[7] Muhammad Iqbal. The
Achievement of love (Metode Sufi Meraih Cinta Illahi), /diterjemahkan oleh
Tim Inisiasi Press. (Jakarta : Innisiasi Press, 2002), hal. 83
[8] K.G. Saiyidain, Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah : M.I.
Soelaeman, (Bandung: CV. Diponegoro, 1981), hal.
90
[9] Donny Gahral Adian, Muhammad
Iqbal, (Bandung: Teraju), hal. 83
[11] Anas Salahudin, Filsafat
Pendidikan (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 179
[12] Ibid, Filsafat Pendidikan
Islam, hlm. 194
[13] Ibid, Iqbal`s Educational
Philosophy, hal. 35
[14] Ibid, Filsafat Pendidikan
Islam. Hlm, 179
Tidak ada komentar:
Posting Komentar