Kajian Islam dan Sains Modern

Kamis, 13 Desember 2012

Psikologi Tentang Berfikir


A.   PENDAHULUAN

Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari lamunan biasa, selanjutnya pemecahan masalah yang kreatif. Aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada peransangan dari luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi. Proses mental yang lebih tinggi yang disebut berpikir terjadi di dalam otak. Mengingat kembali mengundang pengalaman terdahulu ke alam pikiran dan mulai membentuk rantai asosiasi. Rantai asosiasi tidak merujuk pada apa yang secara nyata kita lihat tetapi sebagai khayalan-khayalan mental. Berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar Menurut Whiterington (1982:10 dalam http//www psikologi pendidikan.com).Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar. Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik terutama pada persoalan berpikir, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif dan menyenangkan dengan tentunya melaui proses berpikir yang baik.
2. Permasalahan
Setelah melihat dari latar belakang dalam tulisan ini, maka masalah yang diambil adalah bagaimana cara menganalisis proses berpikir pada peserta didik.
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui proses berpikir peserta didik.

           

B.   PEMBAHASAN

1.     PENGERTIAN

Pencapaian tertinggi tingkat spesies manusia berasal dari kemampuan kita untuk melakukan pemikiran kompleks dan mengkomunikasikannya.
            Salah satu sifat dari berpikir adalah goal Directed, yaitu tentang sesuatu untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemprosesan informasi dari stikulus yang ada (starting position), sampai pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif  baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Sedangkan menurut Drever berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini dan bukannya melemahkannya. Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.
           
B.JENIS, TIPE DAN POLA BERFIKIR
Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistik dan berpikir langsung. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu :
1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
4. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya.
5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, yaitu :
1. Berpikir vertikal (berpikir konvergen), yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.
2. Berpikir lateral (berpikir divergen), yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevamn atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

2.     PROSES BERFIKIR
            Sibol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata-kata atau bahasa (language), karena itu sering dikemukakan bahwa bahasa dan pikiran mempunyai kaitan yang erat. Namun bahasa bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir, sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan atau gambaran (image). Biasanya seseorang apabila memasuki suatu kota atau tempat yang baru akan menggunakan gambaran atau bayangan (image), yang merupakan visual map disebut juga sebagai cognitive map yang memberikan gambaran tentang keadaan yang dihadapi.
            Walaupun berpikir dapat menggunakan gambaran (image), namun sebagian terbesar dalam berfikir orang menggunakan bahasa atau verbal, yaitu berfikir dengan menggunakan simbol- simbol bahasa dengan segala ketentuan-ketentuannya. Karena bahasa merupakan alat yang penting dalam berfikir.

3.     KONSEP ATAU PENGERTIAN
            Konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sesuatu objek atau kejadian. Misalnya pengertian manusia, segitiga, belajar dsb. Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda atau kejadian-kejadian. Karena itu konsep atau pengertian merupakan alat (tool) yang baik atau tepat (convinient) dalam berfikir atau problem solving.
            Beberapa macam konsep yaitu:
a.       Konsep-konsep atau pengertian- pengertian sederhana (simple concept)
b.      Konsep-konsep yang kompeks (complex concepts).
Pengertian sederhana merupakan pengertian yang dibatasi oleh ciri yang tunggal. Misal: merah. Namun banyak pengertian atau konsep yang digunakan dalam berfikir dibatasi ciri yang tidak tunggal yang disebut dengan konsep kompleks. Disamping itu ada yang disebut konsep konjungtif. Konsep kunjungtif merupakan konsep yang dibatasi adanya ikatan (joint) dua atau lebih sifat atau ciri yang memebentuk konsep tersebut. Misal: zebra,merupakan binatang menyusui,seperti kuda namun loreng. Konsep kondjungtif merupakan konsep yang dibatasi tiap ciri atau sifat yang membawa objek dalam kelas dari konsep. Misalnya: konsep alat transport, bus, truk, kuda, becak dsb. Konsep reational yaitu konsep atau pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian yang lain. Misalnya: “lebih berat dari”, “lebih kurang dari”.

4.     CARA MEMPEROLEH KONSEP ATAU PENGERTIAN
            Untuk memperoleh konsep atau pengertian ada beberapa cara, yaitu dengan tidak sengaja dan dengan sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan tidak sengaja ini sering disebut dengan pengertian pengalaman. Yang dimaksud pengertian pengalaman adalah pengertian yang diperoleh dengan tidak sengaja. Yaitu melalui pengalaman- pengalaman. Proses memperolehnya melalui proses generalisasi,kemudian atas daya berfikirnya timbuk proses deferensiasi, yaitu proses membedakan antara yang satu dengan yang lain.
            Pengertian yang diperoleh dengan sengaja, yaitu usaha dengan sengaja untuk memperoleh pengertian atau konsep, yang kadang-kadang disebut sebagai pengertian ilmiah.proses memperolehnya ada beberapa tingkatan, yaitu:
1.      Tingkat analisis, yaitu tingkat atau konsep.
2.      Tingkat komperasi, yaitu tingkat mengkomperasikan sifat- sifat yang diproleh dari yang satu dengan yang lain, dicari sifat yang umu dan khususnya.
3.      Tingkat Abstraksi, yaitu tingkat mengatukan sifat- sifat yang sama dan menyampingkan sifat- sifat yang tidak sama.
4.      Tingkat menyimpulkan, yaitu tingkat menarik kesimpulan setelah mengadakan sbstraksi dan memberikan pengertian atau konsep.
Dengan melalui proses belajar orang akan banyak memperoleh pengertian atau konsep.karena pengertian dapat diperoleh dengan belajar, maka faktor transfer akan banyak berpengaruh dalam kaitannya mendapatkan pengertian. Transfer dapat positif tetapi juga dapat negative. Bila seseorang telah mempunyai pengertian atau konsep baru, ini yang dimaksud dengan transfer positif. Namun sebaliknya kalau pengertian yang telah ada itu justru menghambat dalam memperoleh pengertian baru, ini yang dimaksud dengan transfer negative.

5.     PROBLEM SOLVING
            Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu muncul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan yang satu dengan yang lain dalam mencapai suatu tujuan. Banyak aturan dalam memecahkan masalah. Tetapi ada dua hal yang pokok, yaitu aturan kaidah algoritma dan historik.
            Algoritma merupakan sutu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka akan ada jaminan adanya suatu pemecahan terhadap masalah. Namun banyak persoalan yang dihadapi oleh seseorang tidak dikenakan aturan Logaritma, tetapi dikenakan aturan (kaidah historik. Kaidah historik yaitu merupakan starategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah yang mengarah pada pemecahan masalahnya tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan. Strategi umum historik dalam memecahkan masalah, yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau dipcah menjadi masalah yang lebih kecil. Masing- masing mengarah kepada pemecahanya.
                      
6.     CARA PENARIKAN KESIMPULAN       
            Tujuan berfikir adalah mencari pemecahan yang dihadapi. Berdasarkan data yang ada maka sebagai pendapat yang akhir atas data atau pendapat- pendapat yang mendahului.
Dalam penarikan kesimpulan dapat menempuh beberapa macam, yaitu:
1.      Kesimpulan yan ditarik atas dasar Analogi, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar adanya kesamaan dari suatu keadaan atau peristiwa dengan keadaan atau peristiwa yang lain.Dilihat dari jalanya berfikir, kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus.
2.      Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara Induktif, yaitu kesimpulan yang ditarik dari peristiwa menuju ke hal yang bersifat umum, atau dari hal- hal yang khusus menuju ke hal yang bersifat umum. Contoh: Tembaga bila dipanaskan akan memuai, Besi akan memuai bilaa dipanaskan, tembaga akan memuai bila dipanaskan. Jadi kasimpulannya : semua logam akan memuai bila dipanaskan.
3.      Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara Deduktif, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar dari hal yang umum ke hal yang bersifat khusus.
Salah satu bentuk penarikan secara Deduktif adalah dengan Silogisme. Penarikan dengan silogisme merupakan penarikan kesimpulan yang tidak langsung, artinya menggunakan perantara. Contoh: Semua manusia terkena nasib mati, si Ahmad  adalah manusia, Jadi pada suatu hari si Ahmad akan mati.
Suatu hal yang perlu diingat adanya anggapan bahwa kalau menarik kesimpulan dengan menggunakan silogisme akan senantiasa benar. Anggapan tersebut tidak benar, karena kenyataanya orang dapat mengalami kesalahan. Kesalahan dalam silogisme dapat  (1)Kesalahan formal, yaitu kesalahan dalam bentuknya, dari segi urut-urutannya, dalam segi konstruksinya.(2)Kesalahan Material, yaitu kesalahan mengenai isi atau materialnya. Dengan demikian silogisme dapat salah dalam bentuk, tetapi benar dalam isi. Benar dalam bentuk, tetapi salah dalam isi, yang dapat dicapai sudah barang tentu baik dalam bentuk manapun dalam isi keduanya benar.
                 
7.     BERFIKIR KREATIF
          Dalam berfikir kreatif orang menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal yang baru tersebut secara tiba-tiba, ini berkaitan dengan Insight. Sebenarnya apa yang difikirkan itu telah berlangsung, namun belum memperoleh suatu pemecahan, dan masalah itu tidak hilang sama sekali, tetapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang pada suatu waktu memperoleh pemecahannya.

Ø  TINGKATAN- TINGKATAN DALAM BERFIKIR KREATIF
            Dalam berfkir kreatif ada tingkatan (stages)sampai seseorng memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan itu adalah:
1.      Persiapan(prepration), yaitu tingkatan seseorng memformulasikan masalah dan mengumpulkan fakta- fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru. Ada kemungkinana apa yang difikirkan itu tidak segera memperoleh pemecahannya, tetapi soal itu tidak hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam diri individu yang bersangkutan.
2.      Tingkat Inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3.      Tingkat pemecahan ata Iluminasi, yaitu tngkat mendapatkan pemecahan maslah. Contoh: orang berkata “Aha”, secara tiba- tiba memperoleh pemecahan masalah.
4.      Tingkat Evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada tingkat Iluminasi itu cocok atau tidak.
5.      Tingkat Revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahn yang diperolehnya.


8.     HAMBATAN DALAM PROSES BERFIKIR
            Dalam proses berfikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, sering orang menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berfikirnya. Sederhana tidaknya dalam memecahkan masalah bergantung pada masalah yang dihadapinya. Hambatan- hambatan yang mungkin timbul dalam proses berfikir dapat disebabkan antara lain :
a.       Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.
b.      Data yang ada dalam keadaan Confuse, data yang satu bertentangan dengan yang lain. Sehingga hal ini akan membingungkan dalam berfikir
Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadi hambatan dalam proses berfikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan dari yang satu ke yang lain, misalnya dalam cerita-cerita detektif. Karena itu ruwet tidaknya seuatu masalah, lengap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir seseorang.

















C. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Sebagian terbesar dalam berfikir orang menggunakan bahasa atau verbal, yaitu berfikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa dengan segala ketentuan-ketentuannya. Karena bahasa merupakan alat yang penting dalam berfikir.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu :
1. Berpikir konkrit
2. Berpikir abstrak
3. Berpikir klasifikatoris
4. Berpikir analogis
5. Berpikir ilmiah
6. Berpikir pendek
Hambatan- hambatan yang mungkin timbul dalam proses berfikir dapat disebabkan antara lain :
a.       Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.
b.      Data yang ada dalam keadaan Confuse, yaitu: data yang satu bertentangan dengan yang lain. Sehingga hal ini akan membingungkan dalam berfikir.
Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadi hambatan dalam proses berfikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan dari yang satu ke yang lain, misalnya dalam cerita-cerita detektif. Karena itu ruwet tidaknya suatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir seseorang.






D. DAFTAR PUSTAKA

1.      Walgito, Bimo.1980. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : Andi.
2.      Khodijah, Nyayu.2006. Psikologi Belajar. Palembang : IAIN Raden Fatah Press.
Suriasumantri (ed).1983. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar